Sindiran dan Kritik Effendi Simbolon Tak Memandang Nama Besar Tokoh

Effendi Simbolon jenguk Emir Moeis. ©2013 Merdeka.com/dwi narwoko

LM – Politikus senior PDIP Effendi Simbolon menyindir pertemuan pertemuan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Wakil Presiden ke-10 Jusuf Kalla (JK). Di saat bersamaan Ketum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) bertemu Ketum NasDem Surya Paloh. Pertemuan empat tokoh itu diyakini sebagai upaya untuk mengalahkan PDIP di Pemilu 2024.

Pergerakan empat tokoh politik itu mendapatkan sindiran dari Effendi. Effendi menyentil pertemuan AHY-Paloh dan SBY-JK sebagai manuver yang hebat.

“Mantap! Mantap manuvernya,” kata Effendi kepada wartawan beberapa waktu lalu.

Dengan nada bergurau, Effendi yakin mereka bisa mengalahkan hegemoni PDIP. Menurut dia, SBY, JK dan Ketum NasDem Surya Paloh adalah kekuatan besar.

“Bisa dong, mantap itu kekuatan besar, berpadu, berkolaborasi,” ujar Effendi.

Ternyata bukan kali ini saja Effendi mengeluarkan pernyataan kontroversial. Manuver Effendi tidak jarang membuat gerah ‘lawan’ politik maupun sesama kader banteng.

Sederet nama besar pernah menjadi sasaran kritik pedas Effendi. Mulai dari Presiden Joko Widodo (Jokowi), Jusuf Kalla hingga Prabowo Subianto.

Berikut pernyataan bernada sindiran dan kritik Effendi Simbolon yang dikumpulkan merdeka.com:

1. Bicara Pemakzulan Jokowi-JK

Menengok 2015. Effendi mengkritik kinerja pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla pada 100 hari pemerintahan. Dia menilai pemerintahan Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla yang berjalan hampir 100 hari ini banyak meninggalkan celah untuk impeachment atau pemakzulan.

“Siapa pun yang punya peluang menjatuhkan Jokowi, saatnya sekarang, karena begitu banyak celahnya dan mudah-mudahan dua-duanya yang jatuh,” kata Effendi dalam sebuah diskusi pada 2015 lalu.

Dia menyatakan Joko Widodo juga gagal menengahi konflik antara KPK dan Polri. Hal ini karena Polri menetapkan Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto sebagai tersangka. Pidato-pidato Jokowi soal KPK dan Polri dianggap tidak tegas.

Baca Juga :  AHY Singgung Utang Negara, Politikus PDIP: Zaman Jokowi Bangunan Mangkrak Hidup Lagi

Di kesempatan lain, Effendi meminta Jokowi lebih baik melepaskan jabatannya sebagai presiden lantaran tak bisa menyelesaikan krisis ekonomi Indonesia. Hal itu makin diperburuk dengan membanjirnya tenaga kerja China yang akan bekerja di perusahaan tanah air.

“Lebih baik Jokowi turun takhta karena tidak bisa menyelesaikan masalah ekonomi. Presiden seharusnya mampu menyelesaikannya bukan menterinya,” kata Effendi.

Bagi politikus PDI Perjuangan ini keberadaan pekerja asing asal China justru merugikan warga Indonesia. Sebab, banyak lapangan pekerjaan yang diperuntukkan warga Indonesia makin sempit di tengah krisis ekonomi yang melanda.

“Adanya pekerja China di Indonesia justru menghina para pekerja tanah air. Apa yang mau diselesaikan yang ada hanya bikin amburadul,”ujarnya.